Ibadah Minggu Sengsara VII, Nuansa Etnik Papua

Dalam minggu-minggu sengsara menjelang kematian sampai dengan kebangkitan Tuhan Yesus, sesuai dengan kesepakatan Majelis Jemaat GPI Papua Betlehem, telah dilaksanakan ibadah minggu sengsara bernuansa Etnik. Sejak dilaksanakan dari minggu sengsara pertama sampai dengan minggu sengsara ketujuh semua ibadah bernuansa Etnik. 
Dan menjadi puncak pada tanggal 20 April dilaksanakan ibadah minggu sengsara ke tujuh nuansa Etnik Papua dan merupakan ibadah-

yang terkahir. Menjelang pelaksanaan ibadah, suasana terasa sedikit berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Dengan persiapan yang begitu matang dan didukung oleh anggota jemaat yang merupakan orang asli Papua sehingga sedikit kental kedaeraahn. Persiapan ibadah yang dilakukan di

dalam kunci stori di pimpin langsung oleh Pdt M. Hindom selaku ketua Majelis Jemaat. Sedangkan pendukung liturgi di ambil alih langsung oleh anggota jemaat, baik sebagai Kolektan, Liturgi, sampai dengan pembacaan alkitab sedangkan reflexi Firman di sampaikan oleh Pdt. R Rohrohmana.
Sebelum ibadah dilaksanakan dimulai dengan penyerahan oleh Penatu A.Noya mewakili jemaat kepada Liturgos Bpk S. Tanamal dan Pdt Rohrohmana selaku pelayan firman.
Selain itu pendukung liturgi yang lain antara lain. Pengakuan Dosa Bpk Deni Misiro, Kolektan Ibu J Tanamal, Ibu Talapessy dan Ibu Indey dan yang membaca alkitab Ibu Soindemi. Yang kelihatan sedikit menarik dari Ibadah ibadah etnik lainnya adalah ibadah Etnik Papua, seluruh anggota jemaat hadir menggunakan busana baju batik Papua. 
Disamping itu didalam ibadah juga ada Paduan Suara Papua yang terdiri dari seluruh anggota jemaat yang merupakan asli anak-anak Papua. selain itu juga VG dari Perpri
Betlehem juga ikut menyampaikan pujiannya, dan Bpk Pnt A Matulessi dengan alunan suaranya dalam membawa pujian. Begitu juga VG dari anak-anak Papua asli Biak. 
Selain itu sebelum ibadah dilaksanakan diiringi dengan pujian asli bahasa Papua dan disertai dengan iring-iringan anak-anak Papua yang membawa piring adat khas Papua didalamnya terdapat tujuh (7) buah lilin ibadah menandakan tujuh minggu sengsara.
Setelah selesai ibadah dilanjutkan dengan Doa syukur yang dilakukan oleh Pnt A Noya selaku majelis
Jemaat. Dan didalam Kunci stori Pdt Hindom menyerahkan Piring Adat dari anak-anak Papua kepada Pdt R Rohrohman, Pnt A Noya, Pdt de Fretes, Pnt Voerman dan Dkn Sianturi. Maksud dari penyerahan piring tersebut sebagai bagian dari tradisi orang Papua menghargai suku-suku yang lain yang ada di Tanah Papua terutama di Jemaa GPI Papua Betlehem. Dengan harapan bahwa sebagai pendatang perlu menjaga budaya yang ada serta menjaga kebersamaan didalam jemaat Betlehem.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAGU-LAGU PUJIAN DALAM BAHASA JAWA, BATAK, TORAJA, MALUKU, MANADO

IBADAH SYUKUR HUT PERWATA GPI PAPUA BETLEHEM TIMIKA KE-6