“MEMAKNAI
IBADAH MINGGU BERNUANSA ETNIK”
Oleh:
Pnt A. Noya
Sekretaris
Jemaat GPI Papua Betlehem
GPI Papua merupakan lembaga
gereja mandiri yang sudah melembaga sejak tanggal 25 Mei 1985, kehadiran GPI
Papua di Tanah Papua sengat berpengaruh bagi kelangsungan kehidupan bergereja.
Tidak sedikit anggota jemaat bergabung bersama di GPI Papua, dari Sabang sampai
dengan Merauke, hal ini membuat GPI Papua harus bisa beradaptasi dengan kondisi
pelayanan dan jemaat yang ada. Untuk menjawab hal itu maka dilaksanakanlah
ibadah bernuansa Etnik.
Kisah Para Rasul 2:1-12
mengkisahkan tentang hari Pentakosta atau hari Pencurahan Roh Kudus. Dalam
cerita itu kita sama-sama tahu bahwa murid-murid Tuhan Yesus meneriman Roh
Kudus, mereka semua berbicara dalam berbagai macam bahasa, ayat 7 “Mereka semua tercengang-cengang dan heran
lalu berkata: ‘Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea”.
Murid-murid Tuhan Yesus adalah orang Galilea akan tetapi mereka di penuhi oleh
Roh Kudus sehingga mereka berbicara dalam berbagai macam bahasa. Itu berarti
bahwa dalam kehidupan bergereja atau dalam ibadah minggu bahasa daerah
masing-masing anggota jemaat perlu menjadi bagian dalam peribadatan, seperti
dalam liturgy atau dalam pembacaan alkitab. Masing-masing daerah memiliki bahasa
yang berbeda, lagu-lagu pujian serta Alkitab juga di terjemahkan dalam bahasa
daerah masing-masing.
|
Etnik Batak |
|
Etnik Jawa |
Dalam konteks bergereja di GPI
Papua, konsep ibadah dalam bentuk Etnik sudah dilaksanakan beberapa tahaun yang lalu. Dan dilaksanakan
dalam ibadah Minggu Sengsara atau Minggu Advent hal ini mendapat respons yang
baik sekalipun tidak sedikit anggota jemaat masih merasa canggung dengan model
ibadah sepertik ini. Kisah Para Rasul 4:32 sangat jelasa dikatakan bahwa “Adalah kumpulan orang yang sudah percaya itu,
mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu
dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah
kepunyaan mereka bersama”. Dalam gereja ada berbagai suku dengan berbagai
bahasa yang disatukan dalam persekutuan, itu berarti sudah tidak ada perbedaan
ketika kita menyatakan sikap untuk bergabung dengan salah satu jemaat atau
lembaga gereja. Munculnya Ibadah bernuansa Etnik yang di laksanakan di GPI
Papua merupakan satu ide yang sangat baik dan perlu diapresiasi dan perlu
ditingkatkan sehingga gereja semakin kokoh dalam persekutuan maupun pelayanan.
|
Etnik Manado |
|
Etnik Papua |
Dengan demikian ini merupakan
salah satu keunggulan yang di miliki oleh gereja sehingga menghilangkan image
terhadap GPI Papua. Eksistensi GPI Papua seringkali diperhadapkan dengan
pemahaman yang menjatuhkan dengan stekmen-stekmen yang membuat seakan-akan GPI
Papua adalah bagian dari orang-orang Maluku (ambon). Sadar atau tidak sadar,
harus diakui bahwa GPI Papua merupakan lembaga gereja yang beranggotakan semua
suku di Indonesia. Untuk itu yang harus kita ambil hikmah dari ibadah bernuansa
Etnik ini adalah kebersamaan dalam beribadah, hal ini sangat berdampak dalam
jemaat karena semua suku ikut ambil bagian dalam ibadah tersebut.
|
Etnik Papua |
Dari keberagaman anggota
jemaat, khususnya di Jemaat GPI Papua Betlehem Klasis Mimika, ibadah bernuansa
Etnik berjalan dengan sangat baik, dilaksanakan dalam Minggu Sengsara dan
Minggu Advent. Jika pada minggu Sengsara setiap ibadah minggu dibagi sesuai
Etnik dan pada Minggu Advent dua Etnik digabungkan mejadi satu. Yang terjadi
bahwa reaksi anggota jemaat sangat luar biasa terhadap ibadah bernuansa etnik
tersebut. Di Jemaat GPI Papua Betlehem ada Etnik Maluku, Papua, Batak, Jawa,
Manado, Toraja, ibadah bernuansa etnik menjadikan Betlehem menjadi jemaat yang
dipandang penuh dengan kebersamaan dan hal ini membuat kekompakan, kebersamaan
serta saling menghargai antar anggota jemaat terjalin dengan baik. Dari sudut
pandang bergereja hal ini perlu ditingkatkan dan dijaga sebagai bagian dari
kekayaan yang harus dipelihara sehingga terus menerus bisa dilaksanakan.
|
Pnt A. Noya bersama Vic Rumabar |
|
Etnik Maluku |
|
Etnik Toraja |
|
Etnik Toraja |
Komentar
Posting Komentar